Gangguangangguan komunikasi ini bisa mengenal pada anak - anak, remaja, dewasa dan pada orang tua. Secara spesifik gangguan tersebut diatas bisa muncul tersendiri, maupun muncul secara stimultan pada seseorang. Berikut ini macammacam gangguan komunikasi yang scaa profesi Terapi Wicara mengadi “Diagnosa Wicara”. Menurut American Speech LanguageHearing Association (ASLHA, 1976), terdapat tiga jenis kelainan wicara, yaitu: antikulasi, suara dan irama kelancaran.
A. Gangguan bahasa / fungsi bahasa.
Ketidakmampuan dan atau keterbatasan kemampuan dalam menggunakan simbolsimbol bahasa dalam komunikatif aktif / pasif. Bahasa adalah lambang bunyi. Seorang pembicara bahasa akan selalu sadar apa yang akan ia katakan, akan tetapi ia tidak sadar bagaimana ia mengatakannya. Begitu pula yang terjadi pada kita, kita tidak sadar akan mekanisme ujaran, karena gaya bicara kita sudah menjadi kebiasaan yang terbentuk dari meniru, mengulang dan pematangan. Dalam proses bahasa masih adanya persepsi yang berbedabeda. Ganguan bahasa merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan dalam komunikasi dengan indikasi klien mengalami kesulitan atau kehilangan dalam proses simbolisasi. Kesulitan simbolisasi ini mengakibatkan seseorang tidak mampu memberikan symbol yang diterima dan sebaliknya tidak mampu mengubah konsep pengertiannya menjadi simbolsimbol yang dapat dimengerti oleh orang lain dalam lingkungannya. Beberapa bentuk gangguan bahasa adalah sebagai berikut :
1. Gangguan bahasa perkembangan (Autisme, Mutisme, Lambat belajar)
Adalah salah satu bentuk adalam kelainan bahsa yang ditandai dengan kegagalan klien dalam mencapai tahapan perkembangannya sesuai dengan perkembangan bahasa anak normal seusiannya. Kelambatan perkembangan bahasa diantaranya disebabkan keterlambatan mental intelekktual, ketunarunguan, congenital aphasia, autisme, disfungsi minmal otak dan kesulitan belajar. Anakanak yang mengalami sebabsebab tersebut di atas, terlambat dalam perkembangan kemampuan bahasa, dalam terjadi pada fonologis, semantic dan sintaksisnya, sehingga anak mengalami kesulitan transformasi yang diperlukan dalam komunikasi.
kesulitan transformasi yang diperlukan dalam komunikasi. Gangguan tingkah laku tersebut sangat mempengaruhi proses pemerolehan bahasa diantaranya kurang perhatian dan minat terhadap rangsangan yang ada disekelilingnya, perhatian yang mudah beralih, konsentrasi yang kurang baik, nampak mudah bingung, cepat putus asa, kreatifitas dan daya khayalnya kurang, serta kurangnya pemilikan konsep diri.
2. Gangguan bahasa dewasa (Afasia, Disfasia)
Disfasia ialah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kerusakan otak (adanya kerusakan pada pusatpusat bahasa di cortex cerebri)., sehingga untuk memahami dan atau mengujarkan apa yang dirasakan atau dipikirkan. Untuk yang satu ini lebih sering disebut afasia. Meskipun problem wicara lebih mudah dikenali dari pada kelainan bahasa, namun pada kenyataannya kurang banyak dikenal. Menurut data statistik dari ALSHA menunjukan bahwa 54% kasus yang ditangani oleh Speech Language Pathologist (Terapi Wicara), adalah individuindividu dengan kelainan bahasa, sedangakan 46% adalah klien dengan problem pendengaran atau problem problem wicara (Shewan, 1986). Kerusakan pada pusatpusat yang dialami oleh anak disebut afasia anak. Dan kerusakan pusat yang dialami oleh orang dewasa disebut afasia dewasa. Secara klinis afasia dibedakan menjadi :
a . Afasia Sensoris.
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memberikan makna rangsangan yang diterimanya. Bicara spontan biasanya lancar hanya kadangkadang kurang relevan dengan situasi pembicaraan atau konteks komunikasi. Seorang aphasia dewasa akan kesulitan untuk menyebutkan kata buku walau di hadapannya ditunjukan benda buku. Klien dengan susah menyebut busa…. bulu……… bubu. (klien nampak susah dan putus asa). Untuk aphasia auditory, klien tidak mampu memberikan makna apa yang didengarnya. Ketika ditanya, “apakah bapak sudah makan?. Maka jawabannya adalah piring……. piring…… meja….. ya…ya..
b . Afasia Motoris
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam mengkoordinasikan atau menyusun fikiran, perasaan dan kemauan menjadi simbol yang bermakna dan dimengerti oleh orang lain. Bicara lisan tidak lancar, terputusputus dan sering ucapannya tidak dimengerti orang lain. Apabila bertutur kalimatnya pendekpendek dan monoton. Seorang dengan kelainan ini mengerti dan dapat menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya, hanya untuk mengekspresikannya mengalami kesulitan. S eorang apasia dewasa berumur 59 tahun, kesulitan menjawab, rumah bapak dimana?, maka dengan menunjuk ke arah barat , dan dengan kesal karena tidak ada kemampuan dalam ucapannya. Jenis aphasia ini juga dialami dalam menuangkan ke bentuk tulisan. Jenis ini disebur dengan disgraphia (agraphia).
c . Afasia Konduktif
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam meniru pengulangan bunyibunyi bahasa. Pada ucapan kalimatkalimat pendek cukup lancar, tetapi untuk kalimat panjang mengalami kesulitan.
d . Afasia Amnestic
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memilih dan menggunakan simbolsimbol yang tepat. Umumnya simbol yang dipilih yang berhubungan dengan nama, aktivitas, situasi yang berhubungan dengan aktivitas kehidupan. Misalnya apabila mau mengatakan kursi maka diganti dengan kata duduk.
e . Dan masih banyak jenis dari gangguan afasia lainnya.
B. Gangguan bicara / Artikulasi
Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan bicara. Perkembangan bahasa seseorang akan mempengaruhi perkembangan bicara. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan dimana anak dibesarkan. Kelainan bicara merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan perilaku komunikasi yang ditandai dengan adanya kesalahan proses produksi bunyi bicara. Kelainan proses produksi menyebabkan kesalahan artikulasi fonem, baik dalam titik artikulasinya maupun cara pengucapannya, akibatnya terjadi kesalahan seperti penggantian / substitusi atau penghilangan / omosi. Terjadinya penghilangan (omisi), penggantian (substitusi), penambahan (addisi), atau pembaruhan (distorsi) bunyibunyi bahasa akibat adanya gangguan dalam penempatan, pengaturan, tekanan, kecepatan atau integrasi gerakan organ bicara (Eisenson, 1973, Nicolosi, 197). Kesalahan pengucapan yang dilakukan oleh anakanak maupun orang dewasa pengidap gangguan bunyi bahasa biasanya diklasifikasikan ke dalam empat kategori:
• Substitusi: Suatu bunyi digantikan oleh bunyi lain; contohnya “ramal” menjadi “lamal”, “baru” menjadi “balu”. Kasus ini sering disebut dengan istilah cadel.
• Omisi: bunyibunyi tertentu tidak mampu diucapkan. Keseluruhan suku kata atau kelas bunyi tidak terucapkan; misalnya “kecil” disingkat menjadi “‘cil”, “minta” disingkat menjadi “‘ta”.
• Distorsi: pengucapan berubah secara halus sehingga kata yang diucapkan masih dapat dipahami namun pelafalannya tetap salah, atau tidak terdengar seperti kata yang terdapat dalam bahasa bersangkutan. Kasus ini sering disebut dengan istilah sigmatisme, di mana banyak pengidapnya tidak mampu melafalkan konsonan sibilan (contohnya bunyi [s]) dan menggantinya dengan konsonan interdental (desis gigi, contohnya bunyi [Īø]); misalnya “sing” (/sÉŖÅ/) diucapkan seperti “thing” (/ĪøÉŖÅ/), tapi “sun” (/sŹn/) diucapkan “thun” (/ĪøŹn/).
• Adisi (atau Comisi): ada bunyi yang ditambahkan pada kata yang diucapkan. Contohnya”bandung”menjadi “mbandung”.
Ditinjau dari segi klinis, gejala kelainan bicara dalam hubungannya dengan penyebab kelainannya, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Disaudia
Ialah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kurang atau tidak berfungsinya sensasi pendengaran sehingga tidak memiliki kemampuan menerima umpan balik pendengaran atau disaudia adalah satu jenis gangguan bicara yang disebabkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran tersebut menyebabkan kesulitan dalam menerima dan mengolah nada intensitas dan kualitas bunyi bicara, sehingga pesan bunyi yang tidak sempurna dan mungkin salah arti. Pada anak tunarungu kesalahan tersebut sering dipergunakan dalam berkomunikasi. Misalnya kata /kopi/, ia dengar /topi/, kata /bola/, ia dengar /pola/. Anak yang mengalami gangguan pendengaran cenderung bersuara monoton dan bernada tinggi, ia tidak mengenal lagu kalimat, mana kalimat tanya, kalimat penegasan, makna tanda seru dalam kalimat. Umumnya anak dengan disaudia dalam berkomunikasi cenderung menggunakan bahasa isyarat yang telah dikuasainya. Namun tidak semua lawan bicaranya dapat menerima sehingga komunikasi secara global terganggu.
2. Dislogia
Ialah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh mental intelektual dibawah ratarata atau psikososial yang tidak menadai atau dislogia diartikan juga sebagai satu bentuk kelainan bicara yang disebabkan oleh kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan di bawah normal. Gagunan terkait mental dibawah ratarata, contoh: lambat Belajar, Mental Retardasi, Down Syndrom Terdapatnya kesalahan pengucapan yang terjadi disebabkan karena tidak mampu mengamati perbedaan bunyibunyi benda terutama bunyibunyi yang hampir sama. Misalnya tadi dengan tapi, kopi dengan topi. Rendahnya kemampuan mengingat menyebabkan penghilangan fonem, suku kata atau kata pada waktu mengucapkan kalimat, misalnya /makan/ diucapkan /kan/, /pergi/ diucapkan /gi/, /ibu pergi ke pasar/ diucapkan / bu…gi….cal/.
3. Disartria
Ialah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kerusakan pada sistim neuro muskuler atau disartria diartikan jenis kelainan bicara yang terjadi akibat adanya kelumpuhan, kelemahan, kekakuan atau gangguan koordinasi otot alatalat ucap atau organ bicara karena adanya kerusakan susunan syaraf pusat. Gangguan terkait neuro / persyarafan, contoh: cerebral Palsy, Afraksia, Disfraksia Disartria ada beberapa jenis, yaitu:
a. Spastic Disartria : ketidakmampuan berbicara akibat spastisitas atau kekakuan otototot bicara. Ditandai dengan bicara lambat dengan terputus-putus, karena tidak mampu melakukan gerakan organ bicara secara biasa.
b. Flaksid Disartria : ketidak mampuan bicara akibat layuh atau lemahnya otot otot organ bicara, sehingga tidak mampu berbicara seperti biasa.
c. Ataksia Disartria : ketidakmampuan bicara karena adanya gangguan koordinasi gerakangerakan fonasi, artikulasi dan resonansi. Terutama pada saat memulai kata/kalimat.
d. Hipokinetik Disartria : ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara akibat penurunan gerak dari otototot organ bicara terhadap rangsangan dari pusat / cortex. Ditandai dengan tekanan dan nada yang monoton.
e. Hiperkinetik Disartria : ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara terjadi akibat kegagalan dalam melakukan gerakan yang disengaja, ditandai dengan abnormalitas tonus atau gerakan yang berlebihan sehingga muncul kenyaringan.
4. Disglosia
Disglosia mengandung arti kelainan bicara yang terjadi karena adanya penyimpangan struktur pada daerah orofasial / kelainan bentuk struktur dari organ bicara. Kegagalan tersebut akibat adanya kelainan bentuk dan struktur organ artikulasi yaitu:
a) Palatoskisis : sumbing langitan
b) b. Maloklusi : salah temu gigi atas dan gigi bawah
c) c. Anomali : kelainan atau penyimpangan / cacat bawaan misalnya bentuk lidah yang tebal, tidak tumbuh velum atau tali lidah yang pendek.
5. Dislalia
Yaitu gangguan komunikasi yng disebabkan oleh factor ekstrinsik sehigga terjadinya kegagalan fungsional pada alatalat ujaran. gejala gangguan bicara karena ketidakmampuan dalam memperhatikan bunyibunyi bicara yang diterima, sehingga tidak mampu membentuk konsep bahasa. Misalnya /makan/ menjadi/kaman/ atau /nakam/ Gangguan berartikulasi dapat dibedakan macamnya, menjadi :
C. Kelainan Suara (voice disorders)
Ialah halhal yang mempengaruhi nada, kenyaringan dan kualitas wicara. Nada menjadi terlalu tinggi, kenyaringan menjadi terlalu nyaring atau terlalu lemah, Dan problema kualitas dari serak Sampai suara bindeng (nasality). Disfonia ialah gangguan komunikasi yang disebakan oleh kecacatan organic atau gangguan fungsi alatalat produksi suara, untuk yang sama sekali tidak ada suara dinamakan afonia. Terjadi penyimpangan nada, kekerasan dan kualitet yang menimbulkan suatu keadaan yang menarik perhatian, tidak menyenangkan dan suara yang tidak sesuai dengan usia atau jenis kelamin (Nicolosi, 1978). Secara etimologi Dislogia, dislalia, disaudia terjadi pada anakanak, remaja dan orang dewasa. Selain adanya kelainan wicara seperti di atas terdapat juga gangguan bahasa (gangguan fungsi bahasa) yaitu : Ketidakmampuan dan atau keterbatasan kemampuan dalam menggunakan symbol symbol bahasa dalam komunikasi, aktif maupun pasif (Cisenson 1973, Nicolosi 1978). Gangguan Produksi suara Afonia (Tidak ada produksi suara) Disfonia (gangguan produksi suara).
D. Kelaianan Irama/kelancaran
Ialah apabila kelancaran wicara diganggu oleh adanya perpanjangan atau pengulangan abnormal dalam bentuk bunyi atau suku kata, kelainan tersebut di atas seringkali terjadi kae mencoba menghindari kesulitan suatu bunyi. Distritmia ialah gangguan komunikasi dalam bentuk kesulitan untuk memelihara kelancaran dalam tatanan ujaran, dibedakan dalam tiga bentuk yaitu :
a. Stuttering / gagap
b. Cluttering / bicara cepat
c. latah
Macammacam gangguan di atas merupakan macammacam gangguan komunikasi yang ditangani sesuai dengan tanggung jawab profesi Terapi Wicara dalam mengupayakan pemulihan dan atau mengembangkan kemampuan komunikasi (terutama verbal), selain hal tersebut juga yang menjadi tanggung jawab penanganan profesi Terapi sebagai berikut:
1. Perilaku (hiperaktif, Sukar diberi disiplin, Gangguan pemusatan perhatian, tantrum, , Emosi sangat labil, Tingkah laku anti sosial, dsb)
2. Disfagia/Kesulitan menelan Disfagia yaitu gasngguan fungsi menelan
a. Kesulitan menelan (makan dan minum)
b. Produksi air liur berlebihan (ngiler)
b. Produksi air liur berlebihan (ngiler)
3. Penanganan kesulitan
a. Membaca / Dislexia
b. Menulis / Disgrafia
c. Berhitung / Diskalkulasi
b. Menulis / Disgrafia
c. Berhitung / Diskalkulasi
0 Comments